Text
BIOGRAFI KHM BASORI ALWI SANG GURU QURAN
Di kalangan intelektual Islam di Jakarta pernah ada usaha merumuskan etos pesantren. Ditemukanlah sejumlah sifat yang seharusnya dimiliki. Yaitu, populis, egaliter, relijius, sederhana dan rendah hati. "kalau mau tahu bagaimana etos pesantren diejawantahkan, diwujudkan dalam kehidupan nyata, ya apa yang tampil dalam diri Kiai Basori itu. Itulah contoh kongkret," tegas Prof. Dr. Tholhah Hasan, mantan menteri agama. Meski begitu, KH Basori Alwi lebih nyaman disapa Ustadz ketimbang Kiai. Padahal, ia pakar bahasa Arab sekaligus ulama Quran reputasi internasional. Pandangan fiqh-nya kerap jadi rujukan, tapi ia merasa cukup dianggap ahli tafsir saja. Diantara beragam julukan mentereng, ia justru bangga disebut guru biasa. "Soalnya dari dulu yang saya ajarkan ya cuma a-i-u-ba' saja," ujarnya merendah. Sebagai pendidik, ia telah berbuat banyak. Mengajar dari tingkat dasar hingga bangku perguruan tinggi. melayani umat di berbagai tempat dan kesempatan. Menciptakan beragam metode belajar sampai mendirikan PIQ (Pesantren Ilmu Quran)/ Demi dedikasi pada dunia pendidikan, ia pun rela mengerem bisnis yang sedang melejit. Di antara sedikit kiai yang produktif menulis, namanya layak disebut. Dan, inilah satu-satunya pendiri Jamiyyatul Qurra wal Huffadz (perkumpulan qori' dan penghafal Quran) yang masih hidup. Seolah lupa pada usia yang 80-an, setiap hari Ustadz Basori masih aktif berkegiatan dari pagi sampai pagi lagi. Semangatnya menyala-nyala, meski suara merdunya berubah serak seolah kehabisan baterai. Sang Guru Quran, bertutur tentang sosok kiai yang konsisten. Konsistensi menjadikannya lekat di hati umat, Tapi, konsistensi pula yang membuatnya menyisih dari ingar-bingar panggung elit Nahdliyin.
P07755 | 922 BUD B | SMP Negeri 3 Malang (11) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain