Menik itu ya, ceriwisnya minta ampun! Kalau sudah nyerocos, sulit mengeremnya. Persis burung prenjak yang tidak berhenti berkicau. Sekarang coba bayangkan, kalau Menik harus berurusan dengan Ai…
Ambisi mendorongnya. Kompetisi menggerakkannya. Namun, kekuasaan ada harganya,